JURNALISHUKUM.COM, PAPUABARAT – Debat publik pasangan calon Bupati-Wakil Bupati Kabupaten Teluk Bintuni sesi pertama, telah berlangsung di Gedung Serba Guna (GSG) Kalikodok pada Kamis (31/10/2024) siang.
Tiga pasangan calon yang saling adu gagasan dan visi misi serta tanya jawab ini, adalah pasangan Yohanis Manibuy-Joko Lingara Iribaram (YOJOIN), Daniel Asmorom-Alimudin Baedu (DAMAI), serta paslon Robert Manibuy-Ali Ibrahim Bauw (ROMA).
Acara debat sesi pertama yang disiarkan secara langsung oleh salah satu televisi nasional ini, terbagi dalam tiga segmen, dengan menghadirkan tiga orang panelis.
Segmen yang menarik perhatian dan menjadi perbincangan publik Teluk Bintuni adalah saat tiba pada sesi tanya jawab antarpasangan calon.
Yohanis Manibuy, calon Bupati Teluk Bintuni nomor urut 01 yang berpasangan dengan Joko Lingara, mendapat kesempatan pertama daripemandu acara, untuk bertanya kepada Daniel Asmorom, calon Bupati Teluk Bintuni nomor urut 02.
Sebelum menyampaikan pertanyaan, Anisto – sapaan populer Yohanis Manibuy- memberikan gambaran terkait tingkat inflasi di Kabupaten Teluk Bintuni pada tahun 2023 sebesar 6,38 persen. Salah satu penyebab inflasi tersebut adalah masalah konektivitas wilayah.
“Bagaimana langkah konkrit pasangan nomor urut 02 mengatasi masalah konektivitas di Kabupaten Teluk Bintuni?” tanya Anisto, kepada Daniel Asmorom, yang berpasangan dengan Alimudin Baedu.
Daniel yang mendapat pertanyaan itu, terlihat bingung. Di atas podium, ia terlihat membolak-balikkan kertas untuk mencari jawaban. “Baik.. penanganan inflasi…,” kata Daniel, yang kembali terdiam dalam beberapa saat.
Alimudin Baedu yang berdiri disampingnya, mencoba membantu memberikan jawaban, dengan menuliskan sesuatu di kertas yang dipegang Daniel Asmorom. Karena jeda jawaban yang cukup memakan waktu, pemandu acara sempat mempersilakan ulang untuk Daniel segera memberikan jawaban.
“Silakan, paslon nomor urut 02 untuk menjawab,” kata salah satu pemancu debat, mengulang kalimatnya.
Karena tidak juga segera ada jawaban dari Daniel Asmorom, Alimudin Baedu kemudian mengambil alih microfon untuk menjawab pertanyaan Anisto. Kata Alimudin, untuk menangani inflasi daerah, pihaknya memiliki tim pengendali inflasi daerah yang terdiri berbagai pihak.
Yang kedua, kata Alimudin, inflasi daerah bukan hanya soal harga yang tidak bisa dikendalikan, tetap juga disebabkan transportasi, distribusi dan ketersediaan barang di Bintuni.
“Kita tahu hari ini bahwa harga barang kita, inflasi yang tinggi karena faktor transportasi dan distribusi barang ke daerah pegunungan dan pesisir, serta tingginya biaya produksi yang terjadi di sektor pertanian, perikanan dan lainnya,” kata Alimudin.
Untuk mengendalikan pengendalian inflasi daerah tersebut, menurutnya tidak hanya melakukan pendekatan kebijakan, tetap juga kemitraan dengan pengusaha dan dengan pihak lain.
“Karena inflasi yang tinggi berbanding lurus dengan masalah kemiskinan. Semakin tinggi inflasi daerah, semakin berpengaruh pada kemiskinan, karena barang yang dijual di toko tidak bisa dijangkau oleh masyarakat,” kata Alimudin, mengakhiri jawabannya. (Amiruddin)