JURNALISHUKUM.COM, TANJABAR- Kebiasaan buruk yang dilakukan oleh Masyarakat di wilayah Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat terhadap persoalan pembuangan sampah masih sangat sulit untuk dipecahkan. Hal itu terpantau jelas pada kebiasaan masyarakat yang sengaja membuang sampah di kolong rumah dan aliran sungai ditambah lagi posisi tersebut merupakan daerah air pasang surut.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tanjabar mengungkapkan, dalam sehari rata-rata produksi sampah masyarakat di Tanjabar mencapai 239 ton perhari, Mayoritas sampah diproduksi dari rumah tangga, seperti plastik dan lain sebagainya.
DLH sendiri juga menyampaikan jika saat ini DLH hanya mampu mengangkut 41 ton perhari dan selebihnya masyarakat membuang sampah tersebut ke anak sungai, bawah rumah dan ke laut.
Berdasarkan dari pantauan Mahasiswa Pecinta Alam Stai An-Nadwah Kuala Tungkal di kelurahan kampung Nelayan. Dimana Tungkal Satu dan Tungkal Dua terlihat begitu parah. Pasalnya setiap kolong rumah dan aliran sungai tertumpuk oleh sampah plastik yang di biarkan begitu saja (sengaja di buang).
Sebagai Ketua RT 12 Kelurahan Tungkal Dua Rizal mengataka, memang sebagian besar masyarakat masih membuang sampah di kolong rumah dan aliran sungai. Keterbatasan tempat sampah dan tempat sampah yang jauh salah satu menjadi penyebab masyarakat membuang sampah tidak pada tempatnya. Dan menurutnya, hingga saat ini belum ada sosialisasi mengenai dampak dari sampah itu sendiri sehingga masyarakat kurang peduli.
“Kami berharap pemerintah bisa memberikan edukasi kepada masyarakat, fasilitas tempat sampah di lorong – lorong yang tidak di lalui mobil petugas sampah, besar harapan petugas tidak hanya mengambil sampah di jalan besar tapi di setiap lorong juga ada petugas yang masuk untuk mengambil sampah di setiap rumah sehingga sampah tersebut tidak lagi terbuang ke kolong rumah, aliran sungai dan bisa terkelola dengan baik,” harapnya.
Sementara itu, Ketua Mahasiswa Pecinta Alam Stai An-Nadwah Kuala Tungkal Miftahul Amin mengatakan, terkiat persoalan sampah di wilayah pesisir menjadi semakin kompleks. Aliran saluran, sungai semuanya bermuara pada wilayah pesisir kita. Pengelolaan sampah yang kurang baik di wilayah hulu akan terdampak pada wilayah hilir dan sampai di pesisir.
“Tentu saja masyarakat perikanan (nelayan) yang paling menerima dampak negatif jika tidak ada penanggulangan secara kolaboratif. Belum lagi adanya tambahan sampah domestik, sampah industri dari kawasan pemukiman di pesisir. Ini semua terdekomposit di pesisir dan lautan kita.
Dampaknya tentu berpotensi terhadap kesehatan ikan baik untuk pertumbuhannya maupun pada kualitas daging ikan tersebut. Selanjutnya ikan tersebut dikonsumsi oleh kita dan generasi kita sendiri.”tuturnya.
Pewarta: Mubarak Tjb
Editor: Prisal Herpani