JURNALISHUKUM.COM, SAROLANGUN – Pemerintah Desa (Pemdes) Batu Penyabung Kecamatan Bathin VIII Kabupaten Sarolangun, Jambi, kembali mengadakan acara adat penurun Pseko. Bahkan dalam acara tersebut
juga dalam rangka penurunan pseko sebagai tanda pergantian kepemimpinan yang ada di Desa Batu Penyabung.
Dalam acara ini juga dihadiri oleh Camat Kecamatan Bathin VIII, Seluruh kades dan lurah sekecamatan, terutama disini yang lebih khususnya kades Mentawak Baru, Air Hitam yang mana kades tersebut merupakan putra asli Batu Penyabung serta yang turut hadir adalah ketua bidang dakwah dan pengembangan masyarakat MUI Provinsi Jambi Dr. H. Hermanto Harun, Lc, M.Hi.
Dalam sambutannya camat bathin VIII, Ario L Fajrin, bahwa turut bangga atas terlaksananya acara adat di desa Batu Penyabung ini. Bahkan, ketua pelaksana Saidina Umar H mengatakan, ini merupakan acara puncak adat dari Desa Batu Penyabung, acara ini juga sudah puluhan tahun tidak ada lagi dan akhirnya sekarang bisa terlaksana kembali.
“Dalam acara adat penurunan pseko ini juga ada penyampaian sejarah asal mula berdirinya desa Batu Penyabung dan memperlihatkan pseko-pseko yang dipimpin oleh tokoh masyarakat desa Batu Penyabung Lukman Majid,” katanya.
Ditempat yang sama, Dr. H. Hermanto Harun, Lc, M.Hi mengatakan, bahwa dalam piagam peninggalan sejarah Batu Penyabung ini didalamnya bercerita tentang cerita nabi dan hawa yang digoda oleh iblis dan ular besar.
“Selain cerita nabi adam ini ada pula tentang hukum-hakam atau pun norma-norma yang harus dipatuhi di batu penyabung ini. Bahkan, pemimpin pertamo Batu Penyabung ini bernama Said Abdullah yang kemungkinan besar memiliki hubungan tali darah dengan yaman ataupun turki dan juga bisa jadi ada hubungannya dengan penyebaran islam pertama di batu penyabung ini,” jelasnya.
Dalam acara ini juga, selanjutnya pengukuhan gelar dilakukan oleh ketua LAM Batu Penyabung M. Ali Napiah kepada Kades Batu Penyabung Saidina Ali F yang mendapatkan gelar Rio Pamuncak Sakti Nan Tuo.
Sementara itu, Ketua LAM Batu Penyabung juga berpesan untuk menjaga adat ini jangan sampai rusak.
Disamping itu, acara ini ditutup dengan bacaan tahlil dan doa bersama untuk negeri yang dipimpin oleh KH. M. Atiq Ahmad dan setelah acara seluruhnya menyantap hidangan atau makan bersama yang telah disediakan. (*)