JURNALISHUKUM.COM, OPINI : Laras Apriyanti, NIM: P2A122002 Email: larasalfatih@gmail.com Program Pascasarjana Magister Teknologi Pendidikan Universitas Jambi mengatakan, bahwa probematika yang saat ini dihadapi dengan teknologi pada era digital membuat kita ingin membangun pendidikan karakter anak pada usia dini di era digital, seperti contoh handpone dan lain sebagainya.
Menurut dia, semakin pesatnya kemajuan teknologi, manusia akan selalu terus mengikuti perkembangan zaman. Mulai dari anak usia dini hingga yang telah beusia tua di tuntut untuk bisa menggunakan teknologi dengan sipatnya positif. Apalagi saat ini tuntutan berbagai ranah kehidupan dan berbagai bidang pekerjaan mengharuskan melibatkan teknologi.
Bahkan, dalam hal tersebut kadang tidak disadari oleh manusia tersebut bahwa setiap segala sesuatunya bukan saja menimbulkan dampak positif tapi juga bisa berdampak kepada hal yang negatif, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang akan mempengarui berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan dari anak usia dini hingga menjelang dewasa.
Seperti salah satu contoh pada anak usia sekolah sekarang yang kecanduan bermain game online sehingga lupa waktu untuk belajar dan kurangnya bersikap sopan santun terhadap orang yang lebih tua, mirisnya lagi saat bermain game online dan bersosial media terkadang menggeluarkan kata-kata tidak sopan contoh kalimatnya : ”Dasar binatang kau, kok tim kita kalah karena kau.”
Ucapan ini keluar, baik secara lisan dan ataupun tulisan yang saya dengar sendiri di daerah tempat tinggal orangtua saya, oleh beberapa anak usia sekolah dari sekolah dasar (SD) hingga jelang sekoah menengah pertama (SMP). Di tambah lagi beberapa tahun belakang banyak kasus kriminalisasi yang melibatkan anak sekolah demi memenuhi kebutuhan kouta ataupun meniru hal yang buruk dari apa yang di baca dan di tonton di media televisi dan internet. Contoh kasus terbaru lagi, di jawa tiga orang anak remaja merampok dan membunuh seorang remaja yang bekerja sebagai taksi online, padahal anak yang jadi korban adalah anak tunggal, berusia 19 tahun, sedangkan tiga tersangka adalah anak remaja usia sekolah yang usia antara 16-18 tahun. Pendidikan adalah aspek terpenting pertama dan utama yang berkorelasi dengan berbagai bidang kehidupan lainnya.
Tetapi yang dihadapi pada dunia pendidikan saat ini para orangtua menuntut anaknya untuk dapat nilai sekolah dan akademik memaksaan kehendak mereka seperti anak dimasukan berbagai les, baik les untuk meningkatkan nilai akademik dan bakat sesuai keinginan orangua. Padahal, jika ini terus terjadi maka akan berdampak pada anak hingga dewasa, menjadikan anak membangkang, kurang sopan bicara, bahkan anak tidak merasa nyaman di rumah dan mencari lingkungan yang tidak menekannya, bersyukur jika lingkungan anak tersebut baik jika tidak bagaimana ?
Tanpa disadari, karena banyak faktor dan tuntutan orangtua terhadap anak, menyebabkan bahwa setiap orang tua lupa anaknya memeliki keinginan minat dan bakat tersendiri. Pendikaan bukan saja aspek intektual yang dipentingkan, tapi juga spiritual dan afektif terutama karakter yang semakin lama terkikis oleh zaman, yang disebabkan banyak faktor. Satunya karena pesatnya kemajuan teknologi di era digital ini.
Disinilah peran orang tua sekolah, masyarakat dan pemerintah untuk membangun karakkter anak sejak usia dini yang akan berdampak hingga seorang manusia dewasa.
Menutut Undang-Undang 1945 BAB XIII tentang pendidikan dan kebudayaan pasal 31 ayat ( 3) berbunyi :
“ Pemerintah mengusahakan dan menyelengarakan suatu sistem pendidikan nasionaal yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan banga yang di atur dalam undang-undang. “
Senada dengan pada pasal 31 ayat (5) yang tercantum pada undan-undang 1945 dibab yang sama seperti di atas berbuyi bahwa :
“ Pemerintah memajukan ilmu pengetauan dan teknologi dengan menjujung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejateraan umat manusia. “
Jika berbicara pendidikan adalah suatu bidang terpenting pertama dan utama bagi setiap manusia dari seorang manusia dilahirkan hingga akhir hayat. Rasullulah bersabda yang artinya :
“ Belajarlah kamu semua,dan mengajarlah kamusemua dan hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu.” ( HR. Tabrani).
Ada empat pilar yang menopang pembangunan bangsa antara lain pilar ekonomi, pilar politik, pilar kesehatan dan pilar pendidikan. Pendidikan merupakan pilar paling utama diantara tiga pilar lainnya. Kuatnya pilar pendidikan akan menguatkan pilar ekonomi, pilar politik dan pilar kesehatan. Pendidikan bukan saja dipandang dari sisi kepentingan intektual ataupun demi sebuah nilai yang tertulis didalam lapor peserta didik, tetapi pendidikan juga bertujuan untuk meumbuhkan dan mengembangkan segala aspek pada diri manusia baik itu secara spitual, sosial emosional, bahasa, fisik motorik, minat, bakat dan kreatifitas dan yang terpenting aspek karakter.
Menurut Mulyasa.H.E (2011: 1) Pendidikan karakter merupakan upaya membantu perkembangan jiwa anak-anak, baik lahir maupun batin dari sifat kodratnya menuju peradaban yang manusiawi dan lebih baik. Sebagai contoh dapat dikemukan misalnya : anjuran atau suruhan terhadap anak-anak untuk duduk dengan baik, tidak berteriak-teriak agar tidak menganggu orang lain, bersih badan, rapi berpakaian hormat terhadap orangtua menyayangi yang lebih muda menolong teman dan seterusnya merupakan proses pendidikan karakter.
Pendidikan karakter memiliki makna yang lebih tinggi dari pendidikan moral, karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan masalah benar-salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan ( habit) tentang hal-hal dalam kehidupan sehingga anak/peserta disik memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi, serta keperdulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa karakter merupakan sidfat alami seseorang dalam merespon situasi secara secara bermoral yang ditunjukan dalam tindakan nyata melalui perilaku baik, jujur, bertanggungjawab terhadap orang lain, dan nilai karakter lainnya. Pendidikan karakter tidak lepas dari peran lingkungan pertama dan uama bagi seorang anak usia dini hingga ia dewasa adalah keluarga.
Ki Hajar Dewantara membagi lembaga pendidikan menjadi tiga yang disebut “Tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Maksudnya ialah bahwa masing-masing yang disebut merupakan lembaga atau pusat dimana kegiatan pendidikan berlansung. Menurut Undang-undang Nomor. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal 13 ayat (1) bahwa :
“ Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, informal dan nanformal yang dapat saling melengkapi dalam perkaya. Pendidikan formal jalur sekolah, pendidikan informal jalus keluarga dan pendidikan nonformal adalah jalur lingkungan atau masyarakat. Karakter merupakan esensi dari pendidikan anak usia dini karakter-karakter yang akan di bentuk sejak anak usia dini diaantaranya : kesopanan, kasih sayang, keindahan, bersahabat, kepatuhuhan, kedisiplinan dan kemandirian. Peranan orangtua dalam membentuk karakter anak adalah memberikan dasar pendidikan, sikap, dan keterampilan dasr, seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun,estetika, kasih saying rasa aman dasar-dasar untuk mematuhi peraturan dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan”.
Adapun stategi membangun karakter sejak usia dini melalui permainan. Ya, anak usia dini pada dasarnya, melaksakan proses pembelajaran melalui belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar. Adapun contoh permainan yang bisa dilakukan bersama anak baik oleh orangtua, guru dan orang yang ada disekitar lingkungan anak di era digital dan teknologi yang semakin pesat yaitu :
Permainan angka keberuntungan, tujuan permaainan ini untuk melewati paling banyak kali tanpa ada yang tersandung atau membuat kesalan yang dilakukan secara berkelompok yang satu kelompok berisi 3 orang anak, dua orang anak memegang dan mengayunkan tali dan satu anak mencoba melompat dengan tali dan di hitung, hal ini dilakukan bergilir.
Kelompok yang paling banyak lompatan akan jadi pemenang. Sikap ataupun karakter aka akan bisa dikembangkan yaitu kecerdasan emosional : tekad untuk tidak mudah menyerah, toleransi, kepekaan sosial : komunikasi, kerjasama, fleksibiltas, kesabaran, kejujuran, perkembangan bahasa saat anak sebutkan jumlah angka ataupun saat bermain, motoric kasar saat proses anak melompat.adapun variasi angka yang dapat orantua, guru dan masyarakat di sekitar lingungan anak atau peserta didik bisa buat variasi permainan ini seperti, seorang anak yang sedang melompat sambil sebutkan angka kelipatan genap dari 2-20.
Sedangkan kedua temannya yang pegang tali hitung jumlah lompatan dan lain-lain. Permainan ini harus di awasi agar kedua teman anak dalam satu kelompok tidak melambungkan tali untuk bermain terlalu tinggi atau rendah.
Semoga opini ini bermanfaat.
Editor : Heriyanto S.H.,C.L.A