Sedikitnya enam jurnalis gugur dalam serangan Israel ke Jalur Gaza
JURNALISHUKUM.COM – Pada Selasa (10/10/2023) pagi, jurnalis Saeed al-Taweel, yang merupakan pemimpin redaksi situs Al-Khamsa News, dan dua wartawan lainnya berangkat bekerja untuk memfilmkan sebuah bangunan yang akan segera dibom Israel di Kota Gaza. Dua diantaranya terbunuh bom Israel hari itu.
Dilansir sejumlah lembaga pemantau pers, setidaknya enam jurnalis Palestina terbunuh dalam hitungan hari, di tengah serangan Israel yang terus berlanjut di jalur Gaza.
Aljazirah melaporkan, Saeed al-Taweel, sempat mengirimkan laporan sebelum terbunuh. “Sayangnya, Israel baru saja mengirimkan pemberitahuan peringatan ke gedung Hiji bahwa gedung itu akan dibom,” kata al-Taweel dalam kata-kata terakhirnya, merujuk rekaman yang beredar. “Area tersebut telah dievakuasi seluruhnya. Perempuan, laki-laki, orang tua, anak-anak semuanya telah meninggalkan daerah tersebut.”
Al-Taweel, Mohammed Subh dan Hisham Alnwajha sedianya telah berdiri pada jarak yang aman, ratusan meter dari target yang ditentukan. Namun serangan udara malah menghantam gedung lain, lebih dekat dengan mereka.
Alnwajha menderita luka serius dan dirawat di ruang perawatan intensif di Kompleks Medis Al-Shifa, kantor berita Palestina WAFA melaporkan. Para kru mengenakan jaket antipeluru dan helm yang dengan jelas mengidentifikasi diri mereka sebagai anggota pers.
Pemakaman Subh dan al-Taweel diadakan beberapa jam kemudian di sebuah rumah sakit di Kota Gaza. Sebagai penghormatan atas karyanya, helm ikonik yang dikenakan para pekerja media dipasang di badan mereka yang dilapisi kain kafan.
Sedangkan dua jurnalis lainnya, Ibrahim Mohammad Lafi dan Mohammad Jarghoun, ditembak mati saat melaporkan pada Sabtu, menurut kelompok kebebasan pers Palestina MADA dan Journalist Support Committee (JSC), sebuah organisasi nirlaba yang mempromosikan hak-hak media di Timur Tengah.
Lafi, seorang fotografer untuk Ain Media, gugur di penyeberangan Beit Hanoon di Jalur Gaza, di tengah baku tembak tentara Israel dan Hamas. Sedangkan Jarghoun, seorang reporter Smart Media, gugur di sebelah timur kota Rafah di Jalur Gaza selatan.
Sementara itu, jurnalis lepas Mohammad el-Salhi ditembak mati di perbatasan sebelah timur kamp pengungsi Bureij di Jalur Gaza tengah, seperti dilaporkan Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) yang berbasis di New York. Dua fotografer Palestina, Nidal al-Wahidi dari saluran Al-Najah dan Haitham Abdelwahid dari agensi Ain Media, juga dilaporkan hilang sejak Sabtu.
Ibrahim Qanan, koresponden saluran Al-Ghad, terluka akibat pecahan peluru di kota Khan Younis di Jalur Gaza selatan, kata MADA.
Sherif Mansour dari CPJ menyerukan “semua pihak untuk mengingat bahwa jurnalis adalah warga sipil dan tidak boleh menjadi sasaran”. “Pelaporan yang akurat sangat penting pada saat krisis dan media memiliki peran penting dalam menyampaikan berita dari Gaza dan Israel ke dunia.”
Sekitar 1.300 orang di kedua pihak yang berkonflik telah meninggal sejak Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, melancarkan serangan mendadak ke wilayah Israel pada hari Sabtu.
Penembakan Israel juga telah menghancurkan rumah Rami al-Sharafi, direktur Zaman Radio, dan penyiar Al-Quds Today Basil Khair al-Din, MADA melaporkan. Kantor media, termasuk kantor pusat surat kabar Al-Ayyam di Menara Palestina, Yayasan Fadel Shanaa, Agen Shehab, dan Radio Gaza FM juga terkena serangan, kata kelompok itu.
Organisasi tersebut menyerukan diakhirinya “impunitas” yang dinikmati oleh otoritas Israel sebagai “satu-satunya kunci untuk mengakhiri pembunuhan jurnalis dan… serangan yang menargetkan kebebasan dan media di Palestina”. Anggota pers juga dilaporkan menjadi sasaran pihak berwenang di Israel.
Menurut CPJ, pada hari Sabtu seorang kru televisi milik swasta Sky News Arabia mengatakan mereka diserang dan peralatan mereka dirusak oleh polisi Israel di kota selatan Ashkelon.
Koresponden saluran tersebut, Firas Lutfi, mengatakan polisi Israel mengarahkan senapan ke kepalanya, memaksanya melepas pakaiannya, menyita telepon tim, dan memaksa mereka meninggalkan daerah tersebut di bawah pengawalan polisi. Pihak berwenang Israel tidak menjawab permintaan komentar CPJ.
Organisasi tersebut pada bulan Mei menerbitkan Deadly Pattern, sebuah laporan mengenai praktik Israel yang menargetkan jurnalis Palestina. “Tidak ada seorang pun yang pernah dituntut atau bertanggung jawab atas kematian ini,” kata organisasi tersebut.
Pembunuhan koresponden Aljazirah Shireen Abu Akleh pada 11 Mei 2022 adalah bagian dari “pola mematikan yang telah berlangsung selama beberapa dekade”, katanya. Selama 22 tahun, CPJ telah mendokumentasikan setidaknya 20 pembunuhan jurnalis yang dilakukan oleh anggota tentara Israel.
Jurnalis Hukum : Heriyanto S.H.,C.L.A